Akademi Militer (Akmil), sering dijuluki “Kawah Candradimuka,” adalah lembaga pendidikan yang bertanggung jawab mencetak calon-calon perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dengan mental, fisik, dan intelektual yang superior. Proses pembentukan ini dilakukan melalui Kurikulum Intensif yang dirancang secara komprehensif, memadukan pendidikan militer, akademik, dan jasmani dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kurikulum Intensif di Akmil bertujuan untuk menanamkan jiwa kepemimpinan (leadership), disiplin, dan etika militer yang akan menjadi landasan bagi tugas mereka di masa depan sebagai komandan.
Kurikulum Intensif Akmil berlangsung selama empat tahun, di mana para Taruna (sebutan bagi siswa Akmil) menjalani tiga tahapan utama: Tahap Dasar Keprajuritan, Tahap Pengintegrasian, dan Tahap Pembekalan Kepemimpinan. Pada Tahap Dasar Keprajuritan di Tingkat I, fokus utama adalah adaptasi fisik dan mental. Taruna harus mampu bertahan dalam latihan yang menuntut daya tahan tinggi, seperti Latihan Navigasi Darat yang dilakukan selama 72 jam non-stop di area pegunungan terjal. Gubernur Akmil, Mayjen TNI (Purn.) Dr. Achmad Faisol, S.H., M.H., menegaskan dalam pidato pembekalan pada awal tahun 2025 bahwa tahap ini dirancang untuk mencapai Zero Failure dalam hal mental dan disiplin.
Selain aspek militer, Kurikulum Intensif juga menuntut keunggulan akademik. Taruna dibekali dengan gelar Sarjana Terapan Pertahanan (S.Tr.Han) setelah menyelesaikan masa pendidikan. Materi akademik meliputi ilmu strategi militer, manajemen konflik, hingga teknologi pertahanan. Direktur Pendidikan Akmil, Brigjen TNI R. Setiawan, mencatat bahwa setiap Taruna diwajibkan mencapai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3.00 setiap semester. Kegagalan akademik yang signifikan dapat berujung pada sanksi berupa skorsing atau bahkan pemberhentian tidak hormat.
Aspek jasmani dari Kurikulum Intensif terus dipertahankan. Setiap Taruna wajib mencapai standar postur dan ketahanan fisik tertentu yang diukur melalui Tes Kesamaptaan Jasmani (Garjas) yang dilakukan setiap bulan. Laporan dari Kepala Departemen Jasmani Militer pada tanggal 10 Desember 2025 menunjukkan bahwa rata-rata Taruna Tingkat IV harus mampu berlari minimal 3.200 meter dalam waktu 12 menit. Melalui kombinasi ketat antara tekanan fisik, tuntutan akademik, dan disiplin militer, Akmil berhasil mencetak perwira muda yang siap memimpin di medan tugas mana pun.