Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah perairan yang membentang luas, dengan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada. Di sinilah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) mengambil peran sentral sebagai penjaga samudra Nusantara. Tugas penjaga samudra ini tidak hanya sekadar patroli, tetapi juga memastikan kedaulatan maritim, keamanan jalur pelayaran, dan kekayaan laut tetap terjaga. Peran vital TNI AL sebagai penjaga samudra adalah fondasi bagi keamanan dan kemakmuran bangsa.
TNI AL bertanggung jawab penuh atas penegakan kedaulatan dan hukum di laut yurisdiksi nasional Indonesia, yang meliputi laut teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif (ZEE), dan landas kontinen. Ini berarti mereka harus menghadapi berbagai ancaman seperti penangkapan ikan ilegal (IUU Fishing), penyelundupan barang, perompakan, hingga potensi ancaman dari kapal asing yang melanggar batas wilayah. Misalnya, pada operasi Patroli Bersama Segara Angkasa yang digelar pada Februari 2025 di Laut Natuna Utara, KRI Sultan Hasanuddin-366 berhasil menghalau kapal asing yang melakukan penangkapan ikan secara ilegal, menegaskan kehadiran negara di perairan kedaulatan.
Selain tugas-tugas tempur dan penegakan hukum, TNI AL juga memiliki peran signifikan dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Salah satu aspek pentingnya adalah keterlibatan mereka dalam misi pencarian dan pertolongan (SAR) di laut. Ketika terjadi kecelakaan laut, baik kapal tenggelam maupun pesawat jatuh di perairan, personel dan aset TNI AL seringkali menjadi yang terdepan dalam upaya penyelamatan. Contohnya, dalam insiden kecelakaan kapal feri di Selat Sunda pada Januari 2025, puluhan personel dari Lantamal (Pangkalan Utama TNI AL) setempat bersama KRI dan tim penyelam dikerahkan selama berhari-hari untuk mencari korban dan puing-puing, menunjukkan kesigapan mereka dalam kemanusiaan.
Modernisasi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) menjadi prioritas utama untuk menunjang peran TNI AL sebagai penjaga samudra. Akuisisi kapal perang permukaan modern, kapal selam, pesawat patroli maritim, dan helikopter anti-kapal selam terus dilakukan. Peningkatan kemampuan deteksi dan pengawasan juga terus dikembangkan untuk mengawasi seluruh wilayah perairan Indonesia yang sangat luas. Latihan gabungan berskala internasional, seperti Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) yang rutin digelar setiap dua tahun sekali, juga menjadi ajang untuk meningkatkan kemampuan dan interoperabilitas dengan angkatan laut negara sahabat.
Dengan kesiapan tempur yang tinggi, teknologi maritim yang terus diperbarui, dan dedikasi prajurit Jalasena, TNI Angkatan Laut akan terus menjadi pilar utama dalam menjaga kedaulatan dan keamanan perairan Indonesia. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang berlayar di luasnya samudra, memastikan setiap tetes air di Nusantara aman dari segala ancaman.