Di tengah dinamika ancaman udara modern, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) mengandalkan sistem radar dan rudal pertahanan udara sebagai perisai utama untuk menjaga kedaulatan wilayah udara Indonesia. Kombinasi teknologi deteksi dan penangkis ini sangat vital untuk mengidentifikasi, melacak, dan menetralisir potensi ancaman dari udara, memastikan bahwa sistem radar berfungsi optimal adalah prioritas utama. Tanpa pertahanan udara yang kuat, wilayah udara sebuah negara akan rentan terhadap intrusi dan serangan.
Sistem radar adalah “mata” pertama dalam sistem pertahanan udara. Radar bekerja dengan memancarkan gelombang elektromagnetik dan mendeteksi pantulannya untuk menentukan posisi, kecepatan, dan ketinggian objek di udara. TNI AU mengoperasikan berbagai jenis radar, mulai dari radar pengawas jarak jauh (long-range surveillance radar) hingga radar penargetan (fire control radar). Radar-radar ini tersebar di berbagai Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas) di seluruh Indonesia, menciptakan jaringan deteksi yang komprehensif. Sebagai contoh, radar buatan Ceko seperti G400 dan Smart-L dapat mendeteksi target hingga ratusan kilometer jauhnya, memberikan waktu respons yang cukup bagi jet tempur atau sistem rudal. Pada sebuah latihan interoperabilitas Hanudnas pada 21 Juni 2025, integrasi data dari berbagai sistem radar menjadi kunci keberhasilan dalam melacak target simulasi berkecepatan tinggi.
Setelah ancaman terdeteksi oleh sistem radar, peran rudal pertahanan udara menjadi krusial. TNI AU memiliki beberapa jenis sistem rudal, yang dirancang untuk mengatasi ancaman pada jarak yang berbeda. Untuk pertahanan jarak menengah hingga pendek, TNI AU menggunakan sistem seperti NASAMS (National Advanced Surface to Air Missile System). Rudal ini mampu mencegat pesawat atau rudal jelajah yang mendekat dengan presisi tinggi. Untuk pertahanan yang lebih dekat atau terhadap target bermanuver cepat, rudal seperti Starstreak digunakan. Starstreak dikenal dengan kecepatan dan kemampuannya untuk mengunci target yang bergerak lincah.
Integrasi antara sistem radar dan rudal pertahanan udara adalah kunci efektivitas. Data dari radar dikirimkan ke pusat komando, yang kemudian meneruskan informasi target ke unit rudal. Proses ini harus berlangsung sangat cepat dan akurat untuk dapat merespons ancaman dalam hitungan detik. Modernisasi alutsista pertahanan udara terus dilakukan, termasuk akuisisi radar dengan kemampuan Anti-Stealth dan rudal yang lebih canggih, untuk menghadapi perkembangan teknologi pesawat tempur generasi kelima atau rudal hipersonik.
Keseluruhan, sistem radar dan rudal pertahanan udara adalah komponen tak terpisahkan yang membentuk “perisai langit” Indonesia. Investasi pada teknologi ini memastikan bahwa wilayah udara nasional terlindungi, memungkinkan TNI AU untuk menjalankan tugas utamanya dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negara.