Wacana pengiriman siswa “nakal” ke barak militer untuk pembinaan kembali menuai pro dan kontra. Kebijakan ini, yang diusulkan oleh beberapa pihak, memicu berbagai respons. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) pun memberikan tanggapan atas kritik tersebut.
TNI AD menjelaskan bahwa tujuan utama adalah pembinaan karakter dan disiplin. Bukan untuk menghukum secara militeristik. Program ini diharapkan dapat membentuk mental positif pada remaja yang memerlukan bimbingan ekstra dari negara.
Kritik utama datang dari pemerhati pendidikan dan HAM. Mereka khawatir metode militeristik bisa melanggar hak-hak anak. Pembinaan haruslah edukatif dan suportif, bukan menakutkan atau bersifat hukuman yang tidak sesuai dengan anak-anak.
Menanggapi hal ini, TNI AD menegaskan bahwa program tersebut akan dirancang sangat hati-hati. Pendekatan persuasif dan pembinaan yang humanis akan menjadi prioritas. Ini juga melibatkan psikolog dan pendidik dalam proses pembinaan.
TNI AD menyatakan komitmennya untuk tidak melanggar hak asasi siswa. Mereka berjanji bahwa program ini akan dilaksanakan secara profesional dan sesuai standar. Tujuannya adalah membantu siswa menjadi pribadi yang lebih baik.
Konsep “siswa nakal” sendiri juga perlu didefinisikan lebih jelas. Apakah kenakalan tersebut mencakup pelanggaran disiplin ringan atau perilaku kriminal? Klasifikasi ini penting agar pembinaan yang diberikan tepat sasaran dan tidak diskriminatif.
Kolaborasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta KPAI sangat diperlukan. Hal ini memastikan program sejalan dengan undang-undang perlindungan anak. Kesepakatan bersama akan membuat program lebih efektif dan akuntabel di mata publik.
TNI AD membuka diri terhadap masukan dari berbagai pihak. Dialog konstruktif sangat penting untuk menyempurnakan konsep ini. Tujuannya agar program pembinaan benar-benar bermanfaat bagi siswa dan sesuai koridor hukum yang berlaku.
Wacana ini menunjukkan kepedulian terhadap masalah kenakalan remaja. Namun, solusi yang dipilih haruslah bijaksana. Pembinaan karakter membutuhkan pendekatan yang komprehensif, bukan semata-mata mengandalkan disiplin ala militer.
Semoga program ini, jika jadi dilaksanakan, dapat memberikan dampak positif. Anak-anak adalah aset bangsa yang harus dilindungi dan dibina dengan benar. Masa depan mereka tergantung pada bagaimana kita membimbing mereka saat ini.